Sunday, June 13, 2010

Tono dan Ariel

Pagi masih menunjukkan pukul 06.30 dan mataharipun masih sedikit menampakkan dirinya. Namun Tono harus bergegas berangkat ke sekolahnya. SMU negeri 1 Tasikmalaya, sekolah terbaik di kota tercintanya.

Dalam langkah kakinya, Tono masih sempat menerawang tentang apa yang kini dijalaninya. Sebagai anak sulung dari 5 bersaudara, dengan Bapak yang telah 3 tahun berpulang, Tono bertanggung jawab sebagai kakak sekaligus ayah bagi adik-adiknya. Meski sang ibu masih ada, namun beban ekonomi, memaksa induk semangnya itu untuk bekerja keras demi dia dan adik-adiknya.

Matahari mulai berubah warna kala Tono mulai meletakkan tas kusam hadiah ulang tahun dari bapaknya, di deretan pertama persis di depan papan tulis. Sesaat kemudian Tono melihat beberapa temannya berkerumun di bangku paling belakang, seperti sedang asyik melihat sesuatu. Awalnya perasaan enggan berkecamuk di dalam dadanya, namun akhirnya iapun ikut bergabung dengan mereka, melihat apa yang mereka lihat, meski akhirnya ia cuma terdiam. Kaget bercampur dengan rasa kecewa dan tak percaya.

Tiba di rumah, Tono tak langsung bisa istirahat. Pasalnya ia harus membantu ibu mempersiapkan semua kebutuhan untuk berdagang. Gerobak tua berwarna hijau peninggalan ayahnya inilah modal terbesar keluarganya. Setiap sore, setelah solat ashar, ibu bersama 2 adiknya berjualan nasi TO di stadion Dadaha, tempat berkumpul masyarakat kota tercintanya bila ingin menghabiskan waktu. TO adalah kepanjangan Tutug Oncom. Makanan khas dari tatar sunda yang telah lama menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya.

Namun hari ini berbeda dari biasanya. Tono sulit sekali berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Bayang – bayang apa yang dilihatnya dari handphone temannya, membuat Tono seperti dicampakkan ke sebuah lubang tak berujung. Dengan mata kepala sendiri, Tono meilhat jelas sebuah video yang merekam persetubuhan seorang artis yang telah lama menjadi idola, pahlawan dan inspirasinya. Ya, dengan setengah tak percaya ia menganggukan kepala saat temannya bertanya bila pemeran pria di video itu adalah ariel, vokalis band favoritnya!

Biasanya usai membantu ibu mempersiapkan dagangannya, Tono langsung pergi ke surau dekat rumahnya, mendengarkan petuah bijak yang keluar dari mulut Ustadz Engkus, guru ngajinya sejak jaman kecil dulu. Namun kali ini tujuannya adalah televisi usang keluaran tahun 80an yang ada di ruang tengah. Sesaat tv menyala, Tono sibuk mencari saluran yang menyiarkan berita tentang video mesum tersebut. 2 jam lamanya Tono larut dalam siaran berita yang membahas video tersebut. Mulai dari acara infotainment hingga berita umum. Mendengar banyak tanggapan mulai dari kalangan artis, politisi, agamawan hingga masyarakat umum seperti dirinya.

Menjelang tidur, pikiran Tono masih dihiasi masalah tentang video tersebut. Meski video yag ia lihat tadi pagi di sekolah telah membuat hatinya luluh lantak, namun siaran berita yang ia lihat lebih membuatnya hancur berkeping. Masih terngiang dalam ingatannya saat salah seorang politisi yang mengecam keras tindakan idolanya itu. Baginya politisi itu tak lebih baik dari idolanya, malah ia lebih bersimpati pada sang vokalis. Pasalnya semua yang ia lihat di vdieo itu adalah sebuah hal yang sangat personal, sesuatu yang dilakukan dengan dasar suka sama suka, meski Ustadz Engkus selalu mengajarkan bahwa hubungan badan yang dilakukan bukan dengan mushrimnya adalah haram!

Namun sekali lagi ia melihat bahwa politisi dan masyarakat kebanyak terlalu naif menyikapi masalah ini. Seharusnya yang bersalah dalam kasus ini adalah sang penyebar video, yang telah membunuh karakter seseorang. Membunuh karakter idolanya!

Tono memang tak pernah setuju dengan apa yang dilakukan dengan idolanya. Dia juga tak suka melihat video mesum pahlawannya itu, mungkin Tono lebih senang melihat video porno Maria Ozawa, Jenni Lee atau karya-karya dari vivid entertainment. Baginya itu lebih baik karena melihat sesuatu yag memang dibuat untuk itu, daripada harus melihat sesuatu yang sangat personal. Ya video yang beredar seperti kacang goreng di masyarakat itu memang milik personal, bukan konsumsi umum!

Tono memang bukan seorang superstar, bukan pula seorang politisi atau siapalah yang memegang peranan penting di negara ini. Dia hanya seorang anak kelas 2 SMU, anak pertama dari 5 bersaudara yang memiliki seorang ibu penjual nasi TO. Seorang anak muda yang ingin bangsa ini maju!

Malam semakin larut, matanya sudah tak kuat menahan kantuk. Sambil menahan semua nyeri yang ia alami hari itu, tanpa sadar hatinya berdendang...” Dan mungkin bila nanti, kita kan bertemu lagi, satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali, rasa yang kutinggal mati, seperti hari kemarin, saat semua disini...”

No comments: