Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat,
Tanpa sadar….., sudah hampir seperempat abad hembusan nafas kita menghiasi dunia…..
Lahir di dunia ini kita sebenarnya tanpa daya…..
Pertama kita melihat alam fana, yang bisa kita lakukan hanya menangis ….. menangis ….. dan menangis……
Namun, ternyata Tuhan sangat mencintai kita, dengan menganugerahkan orang-orang terbaik untuk merawat kita……..
Orang yang setiap hembusan napas dan tetesan keringatnya menjadi sebaris do’a dan pengharapan agar kelak kita berdiri tegak menantang dunia…
Seribu puisi telah kita ciptakan, sejuta jalan telah kita lewati…tapi pernahkah kita tahu bila itu berasal dari ketulusan orang tua?
Ayah…
Kau bekerja tak kenal waktu
Panasnya terik matahari perlahan tapi pasti
Membakar kulitmu yang makin menghitam……
Rasa lelah dan keringat yang membasahi tubuhmu
Tak pernah kau hiraukan demi melihat senyum aku anakmu….
Namun…… kenapa aku tak pernah peduli dengan pengorbananmu….
Jangankan menghargai….. mengucap terima kasihpun kadang aku tak mau…
Aku justru selalu menuntut … dan terus menuntut…
Memaksa ayah menuruti segala keinginanku….
Nasihat yang kau berikan…
Sering aku anggap sebagai omong kosong yang harus ku abaikan….
Dan segala Petuah yang yang kau ajarkan….
Tidak jarang kuanggap sebagai sampah yang harus ku buang…
Ayah…….
Dengan sepenuh hati aku mohon maaf kepadamu
Karena aku selalu membuat ayah susah…..sedih… bahkan kecewa….
Ayah…
Sungguh aku mohon maaf kepadamu…,
atas egoku selama ini yang selalu menuntut lebih...
Ayah…
Aku tak bisa berkata lagi…
Kecuali mohon maaf……
Maaf atas segala sikapku……
Ibu… …
Aku juga mohon maaf kepadamu
maafkanlah aku
yang sering tak mau memahamimu
dan kadang meremehkanmu
tak jarang aku justru menyakiti hatimu
dengan tingkah lakuku yang tidak sesuai dengan keinginanmu
sering aku berdusta kepadamu
saat aku berbuat sesuatu yang aku yakin engkau tidak akan setuju
bahkan aku suka melawan perintahmu
saat kuanggap itu sebagai beban
ibu…..
maafkan aku anakmu yang selalu menyusahkanmu
maafkan aku anakmu yang sering membuatmu sedih
maafkan aku anakmu yang sering membuatmu kecewa
maafkan aku anakmu yang sering membuatmu menangis
Kasih sayangmu mengalir lewat elusan lembut jari tanganmu
Cintamu yang sejuk terpancar indah lewat bening matamu…
Dikala aku jatuh…
Dekapan hangatmu begitu membekas dalam ragaku
Cintamu yang tulus begitu membekas dalam jiwaku
Pernahkah kita mencoba untuk membayangkan bila orang-orang yang telah memberi kita kasih sayang, terbujur kaku tak bergerak? Sedangkan kita belum sempat memberikan apapun pada mereka… Apapun yang sesungguhnya tidak pernah mereka harapkan.
Pernahkah kita bayangkan bahwa kita ada karena sebuah alasan? Pernahkah kita coba pahami arti sebuah ketulusan…?
Di antara ada dan tiada, mereka siap menjadi batu pijakan agar kita dapat melompat lebih tinggi…
Friday, May 8, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment